Jumat, 08 November 2013

Koleksi Foto Acara GoGreen SMPN 12 BEKASI (bike to nature)




Area Lapangan (sebelah kiri) SMPN12Bekasi 
sehabis peserta melewati garis Finish






rombongan peserta beberapa Meter dari garis star





SMPN 12 BEKASI GO GREEN: BIKE TO NATURE

Kamis, 07 November 2013

Opini Go Green

Go Green, Antara Niat dan Realisasi


Saya suka tidak habis pikir atas beberapa tindakan sadar lingkungan yang dilakukan masyarakat yang bersifat paradoks; gembar-gembor promosi aksi hijaunya 'ramai' di mana-mana, tapi tindakan masyarakatnya (tanpa sadar) berkebalikan dengan promonya itu.

Sebagai contoh: kampanye Go Green dengan pawai motor atau mobil. Katanya Go Green, kok tidak tahu bahwa emisi dari kendaraan bermotor yang mereka kendarai berkontribusi juga pada parahnya 'lubang' di atmosfer?

Atau fakta bahwa aksi menolak penebangan hutan liar di pedalaman Indonesia, tapi pemberitahuan aksinya justru lewat brosur/selebaran... Paradoks, bukan? Di satu sisi masyarakat tersebut 'membela' hutan, namun di sisi lain mereka buang-buang kertas yang notabene asalnya dari pohon.

Terus terang contoh yang saya sebutkan, saya belum pernah melihatnya langsung. Hanya obrolan sambil lalu saat kelas Perilaku Organisasi yang menurut saya menarik. Mungkin dosennya pernah lihat. Mungkin dosennya pernah mengalami sendiri... Bagi saya hal tersebut lucu. Ada ironinya.

Mungkin ironi yang pernah saya alami berkenaan dengan gerakan Go Green ini, adalah beberapa kenalan saya yang langsung pindah jadi vegetarian waktu gerakan hijau jadi tren. Lucu buat saya melihat teman saya yang biasa makan steak dan sejenisnya, berubah jadi ikut 'diet kelinci'; makan buah dan sayur, lalu setengah mati menolak ayam goreng yang dulu ia sukai.

Saya mendukung gaya hidup sehat yang tercipta dari gerakan hijau ini. Namun masyarakat haruslah riset dulu sebelum ikut-ikutan tren hijau. Saya rasa butuh waktu untuk mengadopsi sesuatu. Semoga masyarakat lebih bijak memilih yang baik untuk dirinya.

Oh ya, mungkin salah satu lagi paradoksisme yang saya saksikan. Kita sering mengeluh panas, keringetan setiap kali hawa panas Jakarta menyerang di siang hari. Dan setiap kali itu pulalah kita berpaling ke AC sebagai jawaban 'kepanasan' tersebut.

Timbul lingkaran setan ketika cuaca panas karena ozon bolong, dan setiap kali panas kita beralih ke AC dengan freon, sementara  freon merupakan salah satu kontributor penyebab ozon bolong, lalu?

Saya rasa mesti ada yang menghentikan lingkaran setan ini. Kita butuh ilmuwan untuk mengganti freon dengan sesuatu yang bersahabat... Benar kan?

Rabu, 06 November 2013

Green School, Sekolah Peduli Lingkungan


SECARA arti kata green school adalah sekolah hijau. Namun dalam makna luas, diartikan sebagai sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk mengintemali-sasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah. Karenanya, tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan (Sugeng Paryadi, 2O08).
Melihat kondisi lingkungan sekitar saat ini, konsep sekolah hijau sangat penting untuk diimplementasikan secara lebih luas. Berbagai bencana alam yang terjadi seperti banjir, tanah longsor, dan sebagainya, sebagian besar diakibatkan oleh perbuatan manusia yang merusak ekosistem lingkungan. Selain berserah diri pada-Nya, tentu saja perlu dilakukan upaya penyadaran agar manusia makin ramah pada lingkungan.
Di sinilah, konsep sekolah hijau dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan melalui proses pembelajaran dan pembiasaan menjadi penting dan strategis. Di sekolah, proses pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui model pembelajaran yang aplikatif dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementara itu, lingkungan sekolah dijadikan wahana pembiasaan perilaku peduli lingkungan sehari-hari. Dengan demikian, kedua aspek tadi, menuju pada satu tujuan yaitu internalisasi atau pembiasaan perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengutip pendapat Sugeng Paryadi, penyusunan program sekolah hijau ini dilakukan secara holistik dengan mengaitkan seluruh program yang ada di sekolah serta mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat.
Potensi internal sekolah seperti ketersediaan lahan, sumber daya air, energi,
bentang alam, tradisi masyarakat sekitar, dan ekosistemnya merupakan objek pengembangan dalam konsep sekolah hijau. Sementara dalam pandangan LSM Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), program sekolah hijau ha-rus mengembangkan (a) kurikulum berbasis lingkungan; (b) pendidikan berbasis komunitas; (c) peningkatan kualitas lingkungan sekolah dan sekitarnya; (d) sistem pendukung yang ramah lingkungan; dan (e) manajemen sekolah berwawasan lingkungan.
Implementasi sekolah hijau dilakukan dalam tiga langkah strategis yaitu pertama, bidang kurikuler, pembelajaran lingkungan hidup dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang ada. Guru harus pandai mengemas pembelajaran dengan pemahaman dan pengalaman belajar yang aplikatif. Kedua, bidang ekstrakurikuler yaitu mengarah pada pembentukan kepedulian siswa terhadap pelestarian lingkung-
an melalui kegiatan penyuluhan lingkungan dan lomba karya lingkungan.
Ketiga, bidang pengelolaan lingkungan sekolah yaitu melalui (a) pemanfaatan dan penataan lahan sekolah menjadi laboratorium alam seperti menjadi kebun dan tanaman obat-obatan, ajakan hemat energi dan air, daur ulang sampah melalui proses reduce, reuse, dan recycle, serta (b) pengelolaan lingkungan sosial dalam bentuk pembiasaan perilaku-perila-ku nyata yang positif di antaranya kedisiplinan, kerja sama, kepedulian, kejujuran, dan menghargai kearifan lokaL
Lingkungan sekolah adalah lingkungan kehidupan sehari-hari siswa. Jika lingkungan sekolah dapat ditata dan dikelola dengan baik, maka akan menjadi wahana efektif pembentukan perilaku peduli lingkungan. Semoga. 
"Green school" adalah konsep yang mengajak seluruh warga sekolah untuk membentuk gaya hidup agar lebih peduli dan melestarikan lingkungan.